Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Poin 1: Tanpa Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Pengelolaan Sampah

April 9, 2024

Pada tahun 2015, PBB menetapkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, yang dikenal sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu tujuan utama dari SDGs adalah mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dan dimensi. Pada poin pertama SDGs, tujuan tersebut secara khusus menyasar penghapusan kemiskinan dalam semua bentuknya. Salah satu cara yang dianggap efektif dalam mencapai hal ini adalah melalui pemberdayaan pengelolaan sampah. 

Dengan memahami secara mendalam masalah kemiskinan dan pengelolaan sampah, serta mengimplementasikan strategi yang tepat, masyarakat dapat bergerak maju menuju tujuan tersebut. Artikel ini akan mengeksplorasi secara mendalam mengenai bagaimana pemberdayaan pengelolaan sampah dapat membantu mencapai tujuan SDGs poin 1 tanpa kemiskinan.

Kemiskinan adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia. Menurut data Bank Dunia, sekitar 702 juta orang hidup dengan pendapatan kurang dari $1,90 (garis kemiskinan PPP) per hari di tahun 2022 dan mencapai 689 juta jiwa pada tahun 2023. Kebalikannya IMF menyatakan kemiskinan global meningkat 2.8 % pada tahun 2023 yang disebabkan oleh krisis energi dan inflasi yang tinggi kemudian menempatkan mereka dalam kondisi kemiskinan ekstrim. Kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga mempengaruhi akses terhadap pendidikan, perawatan kesehatan, sanitasi, dan keamanan pangan. Berdasarkan hal tersebut Negara-negara berkembang di Afrika dan Asia Selatan paling terkena dampak.

Menelisik kondisi kemiskinan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kemiskinan di Indonesia pada Maret 2023 sebesar 9,54% dari total penduduk. Jika dikalkulasi penduduk miskin Indonesia mencapai 26.5 juta jiwa. Sedangkan garis kemiskinan nasional Indonesia pada tahun 2023 adalah sebesar Rp. 486.177 per kapita per bulan. Data mutakhir menampilkan penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia melambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, pengelolaan sampah menjadi masalah yang semakin mendesak di era modern ini. Pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat menyebabkan peningkatan volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Masalah ini diperparah oleh kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai di banyak negara, yang mengakibatkan pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, dan bahaya bagi kesehatan masyarakat.

Hubungan antara Pengelolaan Sampah dan Kemiskinan

Pengelolaan sampah yang efektif tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga dapat menjadi sumber potensial untuk mengurangi kemiskinan. Salah satu pendekatan utama dalam hal ini adalah konsep “sampah menjadi emas” atau “waste to wealth”. Pendekatan ini melibatkan pengelolaan sampah secara bijaksana untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.

Berbagai jenis sampah, seperti sampah anorganik yang terdiri dari plastik, kertas, logam, dan lain-lain, dapat diproses kembali menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi. Misalnya, sampah plastik dapat didaur ulang menjadi bahan bangunan ramah lingkungan, tas belanja, atau bahkan pakaian. Sampah plastic juga dapat menjadi bahan baku utama PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah), yang tentunya bisa mengurangi ketergantungan penggunaan listrik berbahan baku batu bara. Begitupun juga bahan-bahan anorganik yang bisa digunakan kembali untuk menekan produksi yang berlebihan dan memanfaatkan nilai guna dan manfaat supaya berkelanjutan atau biasa kita kenal dengan istilah sirkular ekonomi.

Begitupun juga sampah organic yang merupakan salah satu komponen terbesar dalam sampah rumah tangga. Pengelolaan sampah organik yang baik memiliki potensi besar untuk membantu mewujudkan. Sampah organik dapat diubah menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk pertanian. Solusi pengelolaan sampah Organic dengan teknologi biokonversi lalat dan maggot BSF juga memberikan potensi meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Dengan memanfaatkan potensi ekonomi dari pengelolaan sampah, masyarakat dapat menghasilkan pendapatan tambahan, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan. 

Tidak hanya sampah organic dan anorganik, sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) merupakan jenis sampah yang memiliki sifat berbahaya dan beracun, sehingga memerlukan penanganan khusus juga memiliki potensi besar dalam proses pengelolaan sampah B3 yang baik dalam membantu mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 1 tanpa kemiskinan. Sampah B3 dapat diolah menjadi bahan bakar yang dapat digunakan untuk industri atau pembangkit listrik. Begitupun sampah B3 dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai keperluan, seperti bahan baku industri, bahan bakar, dan bahan baku pembuatan produk baru.

Potensi Pengelolaan Sampah dalam Mewujudkan SDGs Poin 1 Tanpa Kemiskinan

Sampah seringkali mendapatkan stigma sumber musibah oleh masyarakat Indonesia. Sebaliknya, banyak dari kita belum memahami bahwa sampah juga bisa menjadi berkah. Berikut potensi pengelolaan sampah dalam mewujudkan SDGs Poin 1 Tanpa Kemiskinan:

  1. Penciptaan Lapangan Kerja: Pengelolaan sampah dapat menciptakan lapangan kerja baru di berbagai sektor, seperti: pengumpulan dan pengangkutan sampah, pemilahan dan daur ulang sampah, pengolahan sampah menjadi energi, pembuatan produk dari sampah. Lapangan kerja ini dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan dengan demikian menurunkan tingkat kemiskinan.
  2. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat: Pengelolaan sampah yang baik dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dengan: mengurangi pencemaran lingkungan, mencegah penyebaran penyakit, meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dampak positifnya, masyarakat yang sehat dapat lebih produktif dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi.
  3. Meningkatkan Ketahanan Pangan: Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, pupuk organic yang tentunya dapat digunakan untuk menyuburkan tanah. Hal ini dapat membantu meningkatkan hasil panen dan ketahanan pangan. Di sisi lain melalui teknologi biokonversi maggot bisa menghasilkan produk turunan pakan ternak dan ikan yang tinggi akan protein dan harga terjangkau sehingga sangat bermanfaat untuk pembudidaya.
  4. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca: Pengelolaan sampah yang baik dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan: mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tpa, mengubah sampah menjadi energi, meningkatkan daur ulang. Hal ini tentunya dapat membantu mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan sehingga masyarakat dapat memanfaatkan lahan produktif dengan optimal.

Studi Kasus Pengelolaan Sampah yang Dapat Mewujudkan SDGs Poin 1 Tanpa Kemiskinan

Untuk mendukung argumen ini, mari kita tinjau beberapa studi kasus dan data akurat yang menunjukkan hubungan antara pemberdayaan pengelolaan sampah dan pengurangan kemiskinan.

  1. Kota Bandung, Indonesia

Pada tahun 2018, Kota Bandung meluncurkan program “Bank Sampah” yang bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk memilah sampah mereka dan mendaur ulangnya. Melalui program ini, masyarakat diberikan insentif finansial dalam bentuk uang tunai atau barang-barang berguna lainnya sebagai imbalan atas pengumpulan dan pengolahan sampah yang mereka lakukan. Hasilnya, tidak hanya volume sampah yang berhasil didaur ulang meningkat secara signifikan, tetapi juga banyak penduduk yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan dari kegiatan ini. Data dari Pemerintah Kota Bandung menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di wilayah yang terlibat dalam program ini mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

  1. Daur Ulang Plastik di Kenya

Sebuah studi yang dilakukan oleh Organisasi Lingkungan Kenya (EOK) menemukan bahwa pengumpulan dan daur ulang plastik telah menciptakan ribuan lapangan kerja baru di berbagai kota di Kenya. Para pekerja yang terlibat dalam proses pengumpulan, pemilahan, dan daur ulang plastik tersebut menerima penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan keluarga mereka. Selain itu, aktivitas daur ulang ini juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan plastik yang sembarangan.

  1. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) 

PLTSa merupakan salah satu solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan sampah plastik dan membantu mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 1 tanpa kemiskinan. Berikut beberapa contoh implementasi PLTSa: PLTSa Benowo, Surabaya: Memiliki kapasitas mengolah 1.000 ton sampah per hari, termasuk sampah plastic yang dapat menghasilkan 12 Megawatt (MW) listrik yang dapat menerangi 24.000 rumah dan membuka lapangan kerja bagi 200 orang. Kemudian PLTSa Sunter, Jakarta: memiliki kapasitas mengolah 2.000 ton sampah per hari, termasuk sampah plastic yang dapat menghasilkan 35 MW listrik yang dapat menerangi 70.000 rumah dan membuka lapangan kerja bagi 300 orang.

  1. Circularva

Sebuah start up dengan visi “Empowering Economic Transformation through Sustainable Environmental Ecosystems” yang didirikan sejak tahun 2020 berdasarkan kegelisahan akan kondisi Tempat Pembuangan Sampah yang semakin menggunung memberikan layanan untuk menjadi profesional yang membantu dalam pemanfaatan pengelolaan sampah melalui teknologi biokonversi Maggot BSF untuk mewujudkan SDGs poin 1 Tanpa Kemiskinan.

Berfokus pada 4 Ecosystem Business meliputi Organic Waste Management, Community-Based Digitalization, Cultivation and Derivative BSF Larvae Manufacturing, and lastly Educating, Facilitating, Consulting and Training, Circularva telah mengelola setidaknya 553.7 ton sampah, mendampingi 1203 training dan sosialisasi, mengembangkan 14 kota, melakukan 103 kali kolaborasi pentahelix, menumbuhkan 23 komunitas, membantu 37 orang mendapatkan lapangan pekerjaan baru. Dengan prinsip inklusivitas Circularva membuka lebar kerjasama kolaborasi dengan tujuan perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah yang berpotensi untuk membantu mewujudkan SDGs poin 1 Tanpa Kemiskinan.

Strategi untuk Mewujudkan Pemberdayaan Pengelolaan Sampah

Untuk mencapai pemberdayaan pengelolaan sampah yang efektif dan kontribusi yang signifikan terhadap pengurangan kemiskinan, diperlukan strategi yang komprehensif dan terkoordinasi. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diadopsi oleh pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan:

  1. Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat: Melalui program pendidikan dan kampanye kesadaran, masyarakat perlu diberi pemahaman yang mendalam tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan manfaat ekonomi yang dapat dihasilkan dari praktek tersebut.
  2. Infrastruktur yang Memadai: Pemerintah perlu berinvestasi dalam infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai, termasuk fasilitas daur ulang dan tempat pembuangan akhir yang ramah lingkungan.
  3. Kemitraan dengan Sektor Swasta: Kemitraan antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta dapat membantu menciptakan peluang bisnis baru dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
  4. Regulasi yang Mendukung: Pemerintah perlu menerapkan regulasi yang mendukung praktik pengelolaan sampah yang baik dan memberikan insentif bagi masyarakat dan bisnis untuk terlibat dalam praktik tersebut.

Sejatinya pemberdayaan pengelolaan sampah memiliki potensi besar untuk membantu mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan poin 1: Tanpa Kemiskinan. Dengan memanfaatkan potensi ekonomi dari pengelolaan sampah, masyarakat dapat mengurangi tingkat kemiskinan sambil secara bersamaan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Namun, untuk mencapai hal ini, diperlukan komitmen dan kerjasama dari semua pihak terkait, serta implementasi strategi yang tepat berdasarkan pada data akurat dan pengalaman nyata.

Leave a Comment