Solutif ! Berikut 8 Cara Efektif Kelola Sampah
Metode Manajemen Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan salah satu isu lingkungan terbesar di dunia. Saat ini, berbagai negara telah menerapkan berbagai metode untuk mengelola sampah dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Berikut beberapa jenis metode pengelolaan sampah yang telah digunakan di dunia:
- Pengurangan Sampah (Reduce)
Metode ini bertujuan untuk meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan sejak awal. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
- Penggunaan produk yang tahan lama: Memilih produk yang tahan lama dan dapat digunakan kembali dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan.
- Membawa tas belanja sendiri: Membawa tas belanja sendiri saat berbelanja dapat mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai.
- Membuat kompos: Sisa makanan dan sampah organik lainnya dapat diolah menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
- Daur Ulang
2. Daur Ulang
Daur ulang melibatkan pengumpulan, pemisahan, dan pemrosesan kembali material sampah untuk digunakan kembali sebagai bahan mentah. Program daur ulang yang efektif dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam.
Menurut Laporan UNEP tentang daur Ulang https://www.unep.org/resources/report/global-waste-management-outlook metode ini bertujuan untuk menggunakan kembali sampah yang masih memiliki nilai guna. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
- Memperbaiki barang yang rusak: Barang-barang yang rusak dapat diperbaiki dan digunakan kembali daripada dibuang.
- Mendaur ulang bahan: Bahan-bahan seperti plastik, kertas, dan kaca dapat didaur ulang menjadi produk baru.
- Menjual barang bekas: Barang-barang bekas yang masih layak pakai dapat dijual kepada orang lain.
- Pengolahan Sampah Menjadi Pupuk (Composting)
3. Pengolahan Sampah Menjadi Pupuk (Composting)
Pengomposan adalah proses penguraian bahan organik menjadi kompos yang berguna sebagai pupuk tanaman. Pengomposan dapat dilakukan secara rumah tangga maupun dalam skala industri. Ini membantu mengurangi jumlah sampah organik yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Metode ini bertujuan untuk mengubah sampah organik menjadi pupuk yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
- Pengomposan aerobik: Sampah organik dicampur dengan bahan-bahan lain dan dibiarkan terurai oleh mikroorganisme aerobik.
- Pengomposan anaerobik: Sampah organik dibiarkan terurai oleh mikroorganisme anaerobik tanpa oksigen.
Sumber: Laporan FAO tentang Pengomposan dan Jurnal “Waste Management”: Composting as a Sustainable Waste Management Option
- Pengolahan Sampah Menjadi Energi (Waste-to-Energy)
Pembakaran sampah dengan energi daur ulang, juga dikenal sebagai pembangkit listrik dari sampah, melibatkan pembakaran sampah untuk menghasilkan energi listrik atau panas. Metode ini membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir dan menghasilkan energi terbarukan.
Tujuan dari metode ini untuk mengubah sampah menjadi energi yang dapat digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
- Insinerasi: Sampah dibakar untuk menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik atau uap.
- Pirolisis: Sampah dipanaskan tanpa oksigen untuk menghasilkan gas dan minyak yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Gasifikasi: Sampah diubah menjadi gas sintetis yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Sumber: Laporan IEA tentang Waste-to-Energy dan Jurnal “Renewable and Sustainable Energy Reviews”: Waste-to-Energy Technologies and Their Application
- Pengurangan Sampah di Sumbernya
Pendekatan ini melibatkan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari awal dengan mengadopsi praktik konsumsi yang bertanggung jawab, pengurangan pembungkusan berlebihan, dan memilih produk yang lebih tahan lama.
- Penyadaran dan Pendidikan Masyarakat
Pendidikan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang tepat sangat penting untuk mengubah perilaku konsumen dan mempromosikan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Program-program penyuluhan, kampanye, dan pelatihan dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah.
- Pembuangan Sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Metode ini merupakan metode terakhir yang digunakan untuk mengelola sampah. Sampah yang dibuang ke TPA harus dipadatkan dan ditutup dengan tanah untuk mencegah pencemaran lingkungan.
8. Mengelola Sampah Organik dengan Biokonversi BSF/Maggot: Solusi Ramah Lingkungan
Secara definisi Biokonversi BSF/Maggot merupakan metode pengelolaan sampah organik yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Larva BSF, yang dikenal sebagai maggot, mampu mendegradasi sampah organik dengan cepat dan efisien, menghasilkan produk sampingan yang bermanfaat.
Contoh beberapa penerapan di Dunia:
Korea Selatan: Di Seoul, Korea Selatan, maggot digunakan untuk mengolah sisa makanan dari restoran dan rumah tangga. Maggot kemudian diolah menjadi pakan ternak dan pupuk organik.
Kanada: Perusahaan Entomo Farms di Kanada menggunakan maggot untuk mengolah sampah organik dari industri makanan dan pertanian. Maggot kemudian dijual sebagai pakan ternak dan pupuk.
Indonesia: IPB University bekerja sama dengan PT. Maggot Indonesia mengembangkan program pengelolaan sampah organik dengan maggot di berbagai daerah di Indonesia.
Kemudian dari sektor swasta atau start up ada PT. Tumbuh Sirkular Nusantara atau sering dikenal Circularva yang telah berkomitmen menjadi salah satu penggerak dalam upaya mengentaskan sampah dari hulu ke hilir menggunakan teknologi biokonversi larva BSF di Indonesia. Dalam perjalanannya Circularva telah mengelola setidaknya 553.7 ton sampah, mendampingi 1203 training dan sosialisasi, mengembangkan 14 kota, melakukan 103 kali pentahelix kolaborasi, menumbuhkan 23 komunitas, membantu 37 orang mendapatkan lapangan pekerjaan baru. Empat Ecosystem Business Circularva meliputi Organic Waste Management, Community-Based Digitalization, Cultivation and Derivative BSF Larvae Manufacturing, and lastly Educating, Fasilitating, Consulting and Training.
Manfaat Biokonversi BSF/Maggot:
- Mengurangi volume sampah organik: Maggot dapat mendegradasi sampah organik hingga 50% dalam waktu singkat.
- Menghasilkan produk turunan yang bermanfaat: Kasgot (kotoran maggot) dapat digunakan sebagai pupuk organik yang kaya nitrogen dan fosfor. Maggot kering dapat diolah menjadi pakan ternak yang kaya protein.
- Ramah lingkungan: Proses biokonversi BSF/Maggot tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca dan tidak mencemari lingkungan.
Biokonversi BSF/Maggot adalah solusi inovatif dan berkelanjutan untuk mengelola sampah organik. Manfaatnya meliputi pengurangan volume sampah, produksi produk sampingan yang bermanfaat, dan ramah lingkungan. Penerapan metode ini di berbagai negara menunjukkan potensinya untuk menjadi solusi global dalam mengatasi permasalahan sampah organic.
Pada akhirnya, mengelola sampah dengan bijak membutuhkan pemahaman yang komprehensif tentang berbagai jenis sampah dan metode pengolahannya. Dengan menerapkan pendekatan yang holistik, termasuk daur ulang, pengomposan, pembakaran dengan energi daur ulang, dan menggunakan bantuan biokonversi BSF, serta meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat bergerak menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Langkah-langkah ini tidak hanya akan membantu melindungi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan manusia secara keseluruhan.